Memasuki bulan Ramadan, representatif marketing digital dari seluruh dunia bergabung dalam pertemuan virtual untuk membahas beberapa tantangan dalam menjangkau pemirsa yang tepat. Di MMA Ramadan Insights 2022, para peserta menjelaskan berbagai masalah yang dihadapi oleh marketer selama bulan suci dan telah mengajukan beberapa solusinya.
Selain itu, para panelis Insights 2022 juga membahas peran media sosial dalam proses adaptasi masyarakat Indonesia selama pandemi, dan pentingnya media sosial dalam menjangkau jenis-jenis grup pemirsa yang berbeda.
Perbincangan panel tersebut merupakan tambang emas yang berisikan informasi penting bagi para marketer digital yang sedang menyiapkan dan mengadaptasi kampanye periklanan mereka menyambut bulan Ramadan. Kami akan membahas beberapa wawasan media sosial terlebih dahulu, lalu berbicara lebih dalam mengenai penargetan iklan inklusif. Di bagian akhir dari rangkuman ini, Anda dapat memiliki pemahaman yang jelas dari praktik-praktik periklanan terbaik yang telah disampaikan oleh para panelis, dan membuat strategi yang sesuai.
Wawasan media sosial
Sejak mulainya pandemi, cara dari sebagian besar grup-grup pemirsa dan marketer dalam mempersiapkan diri untuk Ramadan telah berganti. Dengan penekanan yang lebih besar pada keamanan, banyak orang yang beralih ke sarana online untuk belanja dan komunikasi, dan hal yang sama juga berlaku pada bulan Ramadan.
Berdasarkan para panelis, sekitar 74% orang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial tahun ini, sementara 67% streaming film, musik, dan acara TV. Namun, Ramadan juga menghasilkan peningkatan dalam aktivitas belanja online, jadi tidak mengejutkan bahwa 36% dari masyarakat Indonesia menghabiskan liburan dengan mencari barang dan jasa online. Tidak hanya itu tapi setiap orang Indonesia juga lebih sering belanja Ramadan secara online, bahkan setelah pandemi setelah nantinya.
Jadi, apa artinya semua ini bagi para marketer? Peningkatan yang cukup besar dari jumlah masyarakat Indonesia yang menggunakan media sosial adalah peluang emas untuk menjangkau mereka, terutama selama periode aktivitas belanja online yang tinggi. Twitter dan Spotify telah menjadi dua sarana sosial yang menjanjikan untuk beragam grup pemirsa di Indonesia.
Jumlah pengguna Twitter meningkat sebesar 6%, sementara Spotify meningkat 16,2% setiap tahunnya. Sekitar 48% dari masyarakat Indonesia dengan akun Spotify gratis adalah orang tua, yang juga kebetulan sangat percaya dengan brand-brand yang mereka sukai di seluruh saluran sosial mereka. Ini merupakan peluang emas untuk mengadaptasi strategi marketing Anda untuk mengakomodasi semua pemirsa yang ingin membelanjakan uang mereka selama Ramadan tahun ini.
Namun, menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial memiliki kekurangan juga. Banyak berita-berita buruk tentang peperangan dan pandemi dapat mengubah bagaimana pemirsa menanggapi iklan dan bahkan memperburuk keamanan brand. Untuk menghindari masalah ini, dan untuk menjangkau grup-grup pemirsa yang Anda inginkan secara akurat, Anda membutuhkan penargetan kontekstual. Lebih lengkapnya akan kami bahas nanti.
Kinerja marketing in-app selama Ramadan.
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Maria Abdull Latif, manajer regional di INSEA – salah satu panelis di MMA Ramdan Insights 2022 yang juga telah bergabung kembali, seharusnya ada penekanan yang lebih jauh pada retensi dari para pengguna app tahun ini. Dia membahas tentang pentingnya kinerja marketing in-app selama Ramadan dan menjelaskan bahwa penargetan ulang adalah cara yang sangat baik untuk meningkatkan nilai seumur hidup pengguna dengan melibatkannya dengan iklan-iklan mobile yang relevan dan dipersonalisasi.
Penghapusan app dapat menjadi masalah selama periode Ramadan, dan itulah kenapa retensi harus menjadi prioritas utama. Biaya untuk mendapatkan pengguna baru adalah 5 sampai 10 kali lebih mahal daripada melibatkan ulang basis pengguna yang sudah ada. Penargetan ulang akan membantu Anda menghasilkan lebih banyak acara-acara yang menguntungkan, lebih jauh daripada mendapatkan pengguna baru.
Kinerja marketing in-app memiliki konversi sebagai tujuan akhir, jadi Anda fokus pada para pengguna memasang atau mengaktifkan ulang aplikasi dan bukan pada brand awareness. Dengan menggunakan penargetan ulang, Anda dapat memperkaya pengalaman iklan dengan menyediakan iklan gratis secara real-time, yang akhirnya membantu Anda dalam memonetisasi pemirsa yang sudah ada secara sukses.
Penargetan iklan inklusif
Rata-rata, pengeluaran iklan meningkat sebesar 20% selama bulan Ramadan, dan aktivitas belanja online meningkat tiga kali lipat. Masalahnya adalah pergeseran dari cookie pihak ketiga kembali ke pihak pertama telah membuat banyak brand khawatir dan ragu untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk iklan. Penargetan iklan telah menjadi lebih menantang karena tidak ada banyak data yang dilacak, jadi risikonya lebih tinggi.
Hilangnya data pihak ketiga tidak hanya satu masalah yang ada. Seperti yang dijelaskan oleh Alex Caban, salah satu pembicara dan kepala bagian penjualan di MGID, dampak dari pandemi tidak dapat dihiraukan, membuat keamanan brand menjadi prioritas utama bagi bisnis dan marketer. Saat ditanya tentang tantangan-tantangan terbesar dari penargetan iklan inklusif saat ini, dia menekankan bahwa mengidentifikasi pengguna adalah masalah nomor satu yang dihadapi oleh para marketer. Terlalu banyak mengandalkan data pihak pertama akan menyebabkan banyak marketer membuat asumsi yang salah tentang siapa target pemirsa mereka, membatasi jangkauan marketer dan merusak hasil kampanye.
Dia menyebutkan beberapa tantangan lainnya juga, seperti penargetan pintar yang meningkatkan ekosistem online para pengguna dan bukan hanya mendorong iklan kepada mereka, dan meraih keseimbangan antara pengguna vs penargetan pemirsa, dan tetap memikirkan soal ROI dan tujuan-tujuan kampanye.
Untuk solusi dari sebuah tantangan-tantangan di atas, mereka mempersembahkan penargetan kontekstual, sebuah metode dari penargetan iklan inklusif dengan akurasi tinggi, bahkan tanpa cookie. Karena penargetan kontekstual mengandalkan penargetan efektif di saat yang tepat dengan membuat pengalaman pengguna yang positif, solusi ini menjamin keamanan brand tanpa mengorbankan privasi pengguna. Penargetan kontekstual lebih fokus pada konteks dari halaman dan sentimen, bukan pada pengguna. Sebagai hasilnya, penargetan ini menangkap pemirsa yang lebih luas yang tidak ditentukan berdasarkan demografis atau data perangkatnya. Itulah cara bagaimana penargetan kontekstual menjawab masalah dari inklusivitas, karena tidak ada grup pemirsa yang terhiraukan.
Penargetan kontekstual adalah solusi win-win bagi pengiklan dan pemirsa. Para pengiklan dapat menjangkau pemirsa yang lebih luas dan terlibat dengan tanpa meremehkan pengguna dari demografis tertentu, sementara para pemirsa mendapatkan konten yang sesuai dengan minat mereka tanpa memberikan data pribadi sebagai bayarannya.
Penutup
Meningkatnya aktivitas media sosial dan kebiasaan belanja online dari masyarakat Indonesia selama Ramadan adalah peluang emas untuk menjangkau jutaan pengguna di seluruh grup pemirsa. Dengan menggunakan penargetan kontekstual, Anda dapat menentukan iklan mana yang ingin ditunjukkan berdasarkan konteks dari halaman yang ditonton para pengguna, meningkatkan engagement dan menjamin keamanan brand.